Padang, posinfo.co – Waspada, kekeringan mengancam Sumbar. Hal ini tentu akan berdampak pada banyak faktor.
Selain ancaman gagal panen, kekeringan juga berimbas kepada ketersediaan air dan ancaman kebakaran hutan.
Cuaca ekstrem ini akibat pengaruh fenomena El Nino.
Di Sumbar saat ini dampaknya sudah sangat terasa. Mulai dari kurangnya intensitas hujan yang terjadi, hingga memicu kebakaran hutan.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengingatkan Pemerintah kabupaten/kota, masyarakat dan OPD untuk bersiap menghadapi kekeringan.
Di sektor pertanian, ia meminta pihak terkait untuk mengidentifikasi luas daerah yang potensi terdampak kekeringan sehingga bisa mengambil langkah antisipasi.
Masyarakat juga harus mendapat pemahaman terkait dampak kekeringan meteorologis.
“Sehingga dapat menghemat penggunaan air bersih dan juga melakukan budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air,”
Pada daerah pertanian yang di perkirakan akan terdampak kekeringan perlu logistik dan peralatan seperti tangki air bersih dan pompa air untuk membantu masyarakat.
Siapkan Langkah Strategis
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar, Suardi, menyebut, pihaknya telah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi gagal panen akibat kekeringan.
Pihaknya menurunkan tim ke lokasi rawan untuk memberikan pendampingan kepada petani terkait kekeringan.
Selain untuk membantu menentukan waktu penanaman agar potensi gagal panen bisa di tekan.
“Termasuk memberikan pemahaman tentang tanaman yang lebih tahan dalam kondisi kemarau.”
Tim tersebut juga memberikan edukasi tentang hama dan penyakit tanaman yang sering mengancam pada musim kemarau. Serta upaya untuk menangkalnya.
BPTPH menurutnya teerus pantau lahan pertanian di daerah-daerah yang berpotensi terimbas kemarau.
“Kita siapkan pompa air untuk kondisi darurat, guna menaikkan air dari sumber yang tersedia.”
Pihaknya juga bisa membantu sumur tancap untuk membantu mengairi lahan pertanian, katanya.
Selain itu BPTPH juga membangun embung sebagai langkah antisipasi kekeringan pada sejumlah daerah.
Kekeringan Meteorologis
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau-Padang Pariaman, Desindra Deddy Kurniawan membenarkan terjadinya kekeringan meteorologis.
“Iya benar, kekeringan meteorologis itu artinya kekeringan yang disebabkan pengaruh curah hujan. Karena musim kemarau sudah masuk juga bulan Juni ini.”
Ia menambahkan puncak kemarau diprediksi terjadi pada bulan Juli.
namun ia menekankan, masih normal, dalam artian sedikit curah hujan seperti musim kemarau umumnya. Walaupun cuaca siang hari bertambah panas.
Menurut Desindra, kondisi tahun ini agak berbeda dengan kondisi kemarau tiga tahun sebelumnya, yang dipengaruhi oleh El Nino la Nina.
Ia menjelaskan, kemarau saat ini memang agak berbeda apalagi untuk wilayah yang ada zona musimnya, berbeda tiga tahun lalu ada la nina, masih ada curah hujan. Kalau sekarang curah hujan sangat sedikit tapi masih dalam kategori normal, jelasnya.
Ia menambahkan pada saat ini, cuaca bertambah panas karena berkurangnya pertumbuhan awan. Pertumbuhan awan mulai berkurang.
“Pada pagi hari karena tutupan awan sedikit, maka sinar matahari berupa gelombang pendek dapat maksimal diterima oleh permukaan bumi dan ini yang menyebabkan terasa panas, ucapnya. (001)
